Seringkali kita mendengar teman
kita mengatakan, “makanya jangan baper jadi orang..” ketika kata baper jadi hits, seolah kita harus
menyampingkan atau bahkan menghilangkan perasaan dalam setiap kejadian.
Manusiawi bukan kalau setiap individu memiliki rasa? Bayangkan kalau didunia
ini tidak memiliki perasaan, seperti matematika saja, 1+1 harus sama dengan 2.
Contoh kalau orang tua menginginkan anak-anaknya mendapat nilai ulangan
matematika 10, mau tidak mau harus 10. Entah bagaimanapun cara si anak. Padahal
setiap anak memiliki kesukaan yang berbeda, daya nalar yang berbeda, dan
kemampuan akan eksak yang berbeda. Jika tidak melibatkan perasaan, bagaimana
dengan nasib si anak yang mendapat nilai 5? Atau bahkan 2? Dengan adanya
perasaan itulah, anak yang mendapat ulangan matematika 2 akan tetap dibimbing
dan diberi kasih sayang, dibantu agar ulangan selanjutnya lulus.
Sudah bisa dibayangkan jika rasa
tidak ada didunia ini?
Beberapa hari terakhir, saya
mendengar keluh kesah teman mengenai kisah cintanya. Yang terbaru, Si cowo
merupakan orang yang dikenal selama 4 tahun sejak kuliah. Menurut ceritanya, si
cowo berkali-kali mendekati si cewe sampai akhirnya si cewe merasakan nyaman
dengan kehadiran si cowo lewat chat. Mereka pernah lost contact selama 2 tahun
dan si cowo pergi ke suatu negara untuk melanjutkan studinya. Belakangan ini
setelah si cowo lulus dan akan pulang ke Indonesia, mereka dekat lagi dengan
intens berkomunikasi lewat chat. Chat si cowo mengarah untuk meminta jawaban si
cewe mengenai rasa sukanya terbalas atau tidak. Berhubung si cewe memiliki
pendirian tidak ingin pacaran, dia khawatir kalau menyatakan rasa sukanya maka
mereka akan resmi berpacaran, kalaupun tidak resmi pacaran, ya hanya dekat
saja. Si cowo pun berpesan agar si cewe segera menjawab dan tidak “menye”,
tidak kasih kode yang tidak jelas, jawabannya harus Ya atau Tidak. Si cewe
masih ragu jawab ya atau tidak. Si cewe sebenarnya telah jatuh hati sama si
cowo. Lagipula menurut ceritanya si cowo itu ibadahnya rajin dan sering shalat
di masjid. Saat ditanya apakah si cowo mengajaknya pacaran tapi si cowo
menjawab tidak, hanya ingin mengikat saja, kalau sudah mengikat kedepannya dia
tidak akan mencari lagi dan akan berusaha keras untuk tujuan kedepan
selanjutnya. Sampai suatu ketika chat si cewe tidak di balas lagi sama si cowo,
hanya di read. Hal yang lebih
menyakitkan lagi bagi si cewe adalah ketika si cowo memasang foto wisudanya,
dari berbagai komentar selamat dari wanita-wanita hanya si cewe yang tidak di
balas. Akhirnya si cewe pun galau.
Berdasarkan cerita itu, wajar
tidak kalau si cewe baper? Saya rasa
wajar. Siapa yang salah sampai akhirnya si cewe galau? Si cowo nya kah atau si
cewe yang terlalu baper? Menurut ku
tidak ada yang salah, hal itu wajar. Kok bisa?
Setiap individu merupakan mahkluk
sosial, butuh orang lain. Mulai dari lahir hingga nanti mati. Semua orang butuh
cinta dan kasih sayang. Begitupun saat kita beranjak dewasa, kasih sayang orang
tua maupun orang sekitar terasa belum cukup. Kita membutuhkan teman hidup saat dewasa nanti. Teman yang akan menghabiskan sisa
hidupnya bersama kita, belahan jiwa kita. Hal itu tejadi karena Tuhan telah
menciptakan manusia berpasang-pasangan. Menikah merupakan sesuatu hal yang
dapat melengkapi separuh agama. Sehingga wajar, manusia
dewasa akan berusaha mencari teman hidup yang terbaik. Akan tetapi ada cara yang sangat memulia untuk mendapatkan cinta dan hati wanita. Dalam
Islam jelas, pacaran itu tidak ada. Hanya ada 3 hal yang dikenal dalam Islam
untuk dapat status pacaran yang halal yaitu taaruf-khitbah-walimah.
Konsep
mencari pasangan dalam Islam:
1.
Taaruf
2.
Khitbah
3.
Walimah
Sebenarnya, dalam proses taaruf itu sendiri sangat menguntungkan bagi pihak wanita. Laki-laki yang bersedia melewati proses taaruf, menandakan ia sudah menyiapkan dirinya untuk membina rumah tangga (baik kesiapan dirinya sendiri maupun secara finansial), baru mencari sosok wanita sholehah yang bersedia menikah dengannya. Kalaupun dalam proses taaruf gagal, rasa sakit hati ataupun kecewa yang biasanya terjadi karena cinta tidak sesuai harapan tidak akan terlalu dalam.
Tahukah kamu mengapa gagal dalam percintaan terasa sangat dalam? karena kenyamanan. Komunikasi intens, perhatian, dan segala pengorbanan yang tiba-tiba menghilang siapa yang rela? Jalan taaruf merupakan jalan yang paling baik. Komunikasi antar pihak wanita dan laki-laki akan dibatasi, ada pihak ketiga yang dilibatkan untuk menjalin komunikasi antar pihak wanita dan laki-laki. Segala prosesnya sangat..memuliakan wanita.
Kembali pada kisah teman saya di
atas, sungguh mulia keinginan teman saya untuk menghindari yang namanya
pacaran. Pacaran berbulan-bulan atau bahkan berrtahun-tahun jelas tidak akan
menguntungkan bagi wanita. Belum tentu jadi tapi sudah jelas mendekati zinah
atau bahkan berzinah. Selain dekat dengan berzinah, kerugian lain berupa perasaan, waktu, tenaga, dan pikiran hanya untuk orang yang
belum tentu jadi jodoh kita kelak. Teman saya itu sedang diuji oleh Allah atas
kegigihannya mempertahankan untuk tidak pacaran dengan dihadirkan sosok
laki-laki "sholeh" yang mengajaknya mengikat janji tapi belum tau kapan
khitbahnya.
Ada beberapa poin penting yang akan saya
bagikan untuk mengatasi ke-baper-an, karena ke-baper-an tentang jodoh membuat
galau :D
1) Maafkan-lah
Maafkan lah dirimu sendiri. Terkadang bagi wanita yang
ditinggalkan laki-laki begitu saja menganggap dirinya bodoh karena terlalu
luluh dengan setiap perkataan yang menyejukkan dari laki-laki.
2) Pahamilah
sebagai sesama individu dewasa
Sebagai individu dewasa, kita butuh kasih sayang dari
seseorang yang akan kita sebut nanti sebagai teman hidup (jodoh). Kamu dan dia
sedang berusaha mencari pasangan yang terbaik, ada yang caranya benar sesuai
konsep Islam ada yang caranya salah. Jadi, sangat wajar apabila ada laki-laki
yang mengungkapkan ketertarikannya kepada wanita dan menunjukkan rasa kasih
sayangnya karena mereka ingin diberi kasih sayang. Kita jangan melulu menyalahkan
laki-laki. Kalau kita memahami konsep ini dan mengaplikasikannya maka rasa baper itu sendiri akan segera terkikis.
3) Pahami
konsep jodoh
Seringkali kita mendangar kata-kata kalau jodoh tidak akan
kemana. Tetapi kita seringkali lupa atau menganggap remeh konsep itu. Kalau
kita berhasil memaknai konsep itu dan mengaplikasikannya, rasa
mengikhlaskan yang belum jodoh akan seiring mengikuti.
Bahasan tetang jodoh tidak akan
pernah habis dan tidak akan pernah tidak menarik untuk dibahas, karena
fitrahnya manusia adalah berpasang-pasangan. Semoga artikel kali ini membantu
sedikit bagi kaum hawa maupun kaum adam yang sedang baper. Tetap semangat, selalu berpikir positif, jangan melulu mengkhawatirkan
jodoh karena jodoh sudah tertulis sebelum kita lahir. Alihkan lah perhatian
kita dengan belajar, bekerja, melakukan hobi, dan menebar manfaat kepada
sesama. Wasalam.
-PW-
Tulisannya kok kecil amat ya, amat saja mungkin sekarang sudah besar, hehehe, cuman kritik saran dibesarin lagi fontnya ya Mbak :)
BalasHapus